masukkan script iklan disini
Jakarta, (PAHAMLAH.COM)– Indonesia menegaskan ambisinya menjadi pengendali utama harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dunia. Sebagai produsen terbesar dengan kapasitas produksi mencapai 58–60 persen dari total pasokan global, Indonesia dinilai memiliki posisi strategis untuk menentukan arah pasar, bukan sekadar mengikuti harga yang ditetapkan negara lain.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan hal itu usai menghadiri rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (9/10/2025). “Kita ini produsen nomor satu dunia. Hampir 60 persen produksi CPO ada di Indonesia. Jadi sudah seharusnya kita yang mengendalikan harga CPO dunia, bukan negara lain,” ujar Amran.
Saat ini, produksi CPO nasional mencapai sekitar 46 juta ton per tahun, dengan 20 juta ton diolah di dalam negeri dan 26 juta ton diekspor. Ke depan, sebagian ekspor tersebut akan dialihkan untuk memenuhi kebutuhan program biodiesel B50.
“Program B50 membutuhkan tambahan sekitar 5,3 juta ton CPO. Jadi sebagian ekspor akan kita tarik untuk dijadikan biofuel pengganti solar,” jelasnya.
Langkah hilirisasi ini, menurut Amran, tidak hanya memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga menghemat devisa negara karena impor bahan bakar bisa ditekan.
Namun, ia mengakui pengalihan sebagian ekspor CPO untuk kebutuhan domestik berpotensi mengerek naik harga CPO di pasar global. Kondisi ini justru menguntungkan Indonesia sebagai produsen terbesar. “Dulu, ketika ekspor kita dikurangi, harga bisa naik 100 persen. Sekarang nilai CPO kita sekitar Rp450 triliun. Kalau naik dua kali lipat, bisa mencapai Rp800 triliun sampai Rp1.000 triliun,” ungkapnya.
Amran menambahkan, pemerintah akan menerapkan kebijakan fleksibel untuk memastikan keuntungan tetap berpihak pada rakyat Indonesia. “Kalau harga CPO dunia naik tajam, B50 bisa diturunkan ke B40. Tapi kalau harga turun, kita naikkan lagi ke B50. Semua tergantung mana yang paling menguntungkan rakyat,” ujarnya.
Selain memperkuat posisi Indonesia di pasar CPO global, pemerintah juga mulai mengembangkan energi hijau dari etanol berbasis tanaman lokal seperti ubi kayu, singkong, dan tebu. “Presiden menargetkan kami menanam ubi kayu dan singkong untuk produksi etanol. Potensi agroklimat Indonesia sangat besar untuk mencapai swasembada pangan dan energi,” kata Amran.
Dengan langkah ini, Indonesia menegaskan tekadnya menjadi pemain utama dalam industri energi berbasis kelapa sawit dan sumber hayati lainnya di tingkat global.
Sumber :kompas.com