masukkan script iklan disini
KUANSING, PAHAMLAH.COM– Suasana penuh khidmat menyelimuti prosesi penganugerahan gelar adat kepada Gubernur Riau, Abdul Wahid, S.H.I., M.Ag., yang diselenggarakan oleh Lembaga Adat Nagori (LAN) Kabupaten Kuantan Singingi. Acara berlangsung di Gedung Abdul Rauf, Minggu (24/8/2025), bertepatan dengan penutupan Pacu Jalur Nasional.
Hadir dalam kesempatan itu sejumlah pejabat penting, di antaranya Kapolda Riau Irjen Pol. Dr. Herry Heryawan, S.I.K., M.H., M.Hum., Bupati Kuansing Dr. Suhardiman Amby, Ak. MM, Wakil Bupati H. Mukhlisin, Kapolres Kuansing AKBP R. Ricky Pratidiningrat, Dandim 0302/Inhu Letkol Inf Emick Chandra Nasution, Ketua DPRD Juprizal, Kajari Sahroni, Ketua PN Subier Teguh Wijaya, Sekda Zulkarnaen, serta para kepala OPD, camat, kades, tokoh masyarakat, agama, dan pemuda se-Kuansing.
Rangkaian adat dimulai dengan penyambutan silat, tabuhan tambo, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, sekapur sirih, hingga pemasangan soluak, selempang, penyerahan piagam, dan prosesi tepung tawar sebagai tanda pengukuhan.
Bupati Suhardiman Amby menyampaikan apresiasi atas gelar yang diberikan kepada Gubernur, sekaligus berterima kasih kepada Kapolda Riau dan jajarannya yang telah menjaga keamanan jalannya Festival Pacu Jalur 2025.
“Berkat kerja sama semua pihak, Sungai Kuantan kembali jernih, Pacu Jalur berlangsung meriah, dan gelar adat ini menjadi kebanggaan sekaligus amanah besar bagi kita semua,” ungkapnya.
Dalam sambutannya, Gubernur Abdul Wahid menyebut gelar Panglimo Sati yang diterimanya adalah simbol tanggung jawab besar.
“Sebagaimana arti Panglimo yang gagah berani dan Sati yang setia pada kebenaran, gelar ini menjadi pengingat untuk menjaga marwah negeri, setia kepada rakyat, dan melestarikan adat budaya kita. Ini bukan kemuliaan pribadi, melainkan amanah untuk membangun negeri,” ujarnya.
Ia juga menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi Riau dalam menertibkan aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) melalui kebijakan penetapan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR). Dengan begitu, masyarakat dapat tetap menambang secara legal, ramah lingkungan, dan bermanfaat bagi ekonomi daerah.
Acara ditutup dengan doa bersama, kemudian dilanjutkan jamuan makan siang antara Gubernur, Kapolda, tokoh adat, dan para tamu undangan.